News Update :

Powered by Blogger.

Manhaj Feed

AQIDAH feed

Doa dan Dzikir Feed

AMALAN Feed

Takjublah kepada Orang yang Istiqomah

Monday, October 28, 2013

Istiqomah adalah terus komitmen pada kebenaran dan terus beribadah. Orang yang bisa istiqomah, sungguh sangat menakjubkan. Bahkan itu lebih menakjubkan daripada seseorang yang terus menerus beribadah lalu menjauh dari dunia.

Disebutkan dalam kitab Hilyatul Auliya' beberapa perkataan ulama berikut.

وحدثنا ابن المبارك عن بكار بن عبدالله قال سمعت وهب بن منبه يقول مر رجل عابد على رجل عابد فقال مالك قال عجبت من فلان انه كان قد بلغ من عبادته ومالت به الدنيا فقال بعجل  لا تعجب ممن تميل به الدنيا ولكن اعجب ممن استقام

Ibnul Mubarok menceritakan dari Bakkar bin 'Abdillah, ia berkata bahwa ia mendengar Wahb bin Munabbih berkata, ada seorang ahli lewat di hadapan ahli ibadah yang lain. Ia pun berkata, "Apa yang terjadi padamu?" Dijawablah, "Aku begitu takjub pada si fulan, ia sungguh-sungguh rajin ibadah sampai-sampai ia meninggalkan dunianya." Wahb bin Munabbih segera berkata, "Tidak perlu takjub pada orang yang meninggalkan dunia seperti itu. Sungguh aku lebih takjub pada orang yang bisa istiqomah." (Hilyatul Auliya', 4: 51).

Karena memang istiqomah itu berat sampai-sampai ulama yang bernama Muhammad bin Al Munkadar berkata,

كابدت نفسي أربعين سنة حتى استقامت

"Aku telah menahan diriku selama 40 tahun hingga aku bisa istqomah." (Hilyatul Auliya', 3: 146).

Ibnul Mubarok ditanya, bagaimakah seseorang bisa jadi mulia,

بالاستقامة

"Yaitu dengan istiqomah." (Hilyatul Auliya', 3: 40).

Dan istiqomah memang dituntut terus hingga mati. Mengenai firman Allah,

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا

" Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Rabb kami ialah Allah" kemudian mereka terus istiqomah" (QS. Fushshilat: 30), kata Mujahid,

فلم يشركوا حتى ماتوا

"Mereka tidaklah berbuat syirik sampai mati." (Hilyatul Auliya', 3: 300)

Baca artikel Rumaysho.Com: Kiat Istiqomah.

Moga Allah terus memberikan kita keistiqomahan dalam ilmu, amal dan dakwah.

---

Akhukum fillah,

Muhammad Abduh Tuasikal (Rumaysho.Com)

Disusun di tengah malam, 19 Dzulhijjah 1434 H @ Pesantren -tercinta- Darush Sholihin, GK

---

Antara Ustadz Selebriti dan Ulama

Ustadz selebriti dibandingkan ulama di masa silam amat berbeda jauh. Yang satu lebih mengutamakan ilmu. Yang satunya lagi menarik simpatik pendengar karena bisa membuat lelucon, guyon, mengundang tangis, namun sayang tidak mengedepankan ilmu. Popularitaslah yang diincar dan tarif tinggi yang jadi patokan untuk mengisi barang satu atau dua jam. Para ustadz selebriti tidak mengetahui yang diomongkan apakah hadits yang shahih atau dusta, atau apakah yang disampaikan pada audience adalah kisah-kisah yang valid atau tidak ada asal-usulnya. Wallahul musta'an.

Kami ceritakan perkataan Ibnul Jauzi dalam kitab beliau Talbisul Iblis.

Dahulu para pemberi wejangan adalah para ulama dan fuqoha. Lihatlah bagaimana seorang ulama yang bernama 'Ubaid bin 'Umair menghadiri majelisnya 'Abdullah bin 'Umar -seorang sahabat Nabi yang mulia-. Sedangkan 'Umar bin 'Abdul 'Aziz menghadiri majelis yang biasa membawakan kisah-kisah. Kualitas bermajelis ilmu kemudian semakin merosot. Hingga orang-orang yang tidak berilmu yang angkat bicara setelah itu. Akhirnya, bermajelis dengan para ulama dijauhi. Majelis orang yang tidak berilmu inilah yang hadir beda, bahkan sampai menarik hati orang awam dan kaum wanita. Padahal majelis-majelis ini tidak diisi dengan ilmu. Hanya kisah-kisah yang memikat orang-orang bodoh yang disampaikan. Namun ujung-ujungnya banyak bid'ah yang tersebar di majelis semacam ini.

Pembawa kisah-kisah tersebut hanya menyampaikan hadits-hadits palsu (hadits maudhu') berisi motivasi atau nasehat yang membuat merinding (takut). Iblis lantas menghias-hiasi para pendengar seakan-akan mereka diajak kepada kebaikan dan dijauhkan dari kejelekan.

Menyampaikan hadits-hadits palsu seperti itu dalam ceramah termasuk bentuk melampaui batas dalm syari'at (yang keliru). Seakan-akan syariat itu tidak sempurna, butuh penyempurnaan (dengan hadits-hadits yang bukan dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, -pen). Mereka lupa akan sabda Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam,

مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

"Barangsiapa yang berdusta atas namaku secara sengaja, maka silakan ia ambil tempat duduknya di neraka." Hadits mutawatir. (Al Muntaqo An Nafis min Talbisil Iblis, hal. 115).

Ibnul Jauzi juga mengatakan,

Para narrator yang tercela adalah yang umumnya hanya membawa kisah tanpa menyebutkan faedah ilmu di dalamnya. Bahkan narasi (cerita) yang disampaikan kadang keliru bahkan suatu yang hal yang mustahil dibayangkan.

Adapun jika kisah yang disebutkan benar, wajib menjadikannya sebagai wejangan. Inilah yang terpuji.

Ahmad bin Hambal pernah berkata,

ما أحوج الناس إلى قاص صدوق

"Manusia itu sangat butuh sekali pada kisah-kisah yang benar (kredibel atau jujur)." (Al Muntaqo An Nafis min Talbisil Iblis, hal. 114-115).

Kenyataan ustadz selebriti yang ada saat ini yang bermunculan di televisi-televisi hampir seperti yang diceritakan oleh Ibnul Jauzi di atas. Banyak yang hanya pintar orator. Banyak yang terampil membuat orang mudah menangis di majelis. Banyak pula yang hanya jadi narrator dengan membawa hadits-hadits dho'if atau palsu. Sedikit di antara mereka yang berilmu dengan menukil ayat Al Qur'an, hadits shahih atau bahkan perkataan ulama salaf.

Al Hasan Al Bashri mengatakan,

إنما الفقيه من يخشى الله

"Orang yang faqih (berilmu) adalah yang takut pada Allah." Dinukil pula dari Talbisul Iblis karya Ibnul Jauzi. Cukup nasehat ini menjadi isyarat pada kita manakah orang yang berilmu dan manakah orang yang cuma cari kemasyhuran dan ketenaran. Bandikan dengan da'i ilallah (da'i yang mengajak manusia pada jalan Allah dan kebenaran)!

Hanya Allah yang memberi taufik dan petunjuk pada kebenaran.

Referensi:
Al Muntaqo An Nafis min Talbisil Iblis karya Ibnul Jauzi, terbitan Dar Ibnul Jauzi, cetakan pertama, tahun 1429 H.

---

Akhukum fillah,

Ketika Busana Muslimah Dicampakkan

Monday, October 21, 2013

Dewasa ini muncul busana muslimah dengan beragam corak dan mode. Bahkan terpajang di outlet-outlet penjualan yang biasanya dipenuhi baju-baju pengumbar aurat. Namun, kebanyakan busana-busana muslimah tersebut masih mempertontonkan lekuk tubuh, sempit, lagi ketat. Demikian pula aneka jilbab gaul dengan desain seperti topi yang hanya menutupi rambut belaka.
Di sisi lain, busana muslimah hanya dipakai dalam acara-acara tertentu atau kegiatan keagamaan. Misalnya hanya ketika shalat, seorang wanita muslimah berusaha menutupi tubuhnya dari atas sampai bawah sehingga rambut dan kaki tidak terlihat. Namun, begitu salam telah diucapkan, maka keadaannya akan kembali seperti semula.

Bendahara Yang Jujur dan Amanah

Saturday, October 19, 2013

Di zaman seperti ini susah menemukan bendahara yang amanat. Ada yang memang jujur dan memegang amanat, namun itu bisa dihitung dengan jari. Merekalah segelintir orang yang yang Allah beri petunjuk. Padahal orang yang amanat dan jujur itulah yang bisa terus mendapatkan pahala sedekah jika membelanjakan harta untuk tujuan baik. Begitu pula hidup orang seperti itu akan mudah meraih berkah dan kemudahan. Beda halnya jika tidak jujur dan selalu mengurangi amanat.

Do'a saat Safar, Do'a yang Mustajab.

Friday, October 18, 2013

Safar (perjalanan jauh) adalah suatu hal yang menyulitkan. Namun di saat sulit semacam itu, Allah memberikan kita kesempatan untuk banyak berdo’a dan di situlah waktu mustajab, mudah dikabulkan do’a.

Saudaraku ... Dalam sebuah hadits disebutkan,

ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَا شَكَّ فِيهِنَّ: دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ، وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ

“Tiga waktu diijabahi (dikabulkan) do’a yang tidak diragukan lagi yaitu: (1) do’a orang yang terzholimi, (2) do’a seorang musafir, (3) do’a orang tua pada anaknya.” (HR. Ahmad 12/479 no. 7510, At Tirmidzi 4/314 no. 1905, Ibnu Majah 2/1270 no. 3862. Syaikh Al Albani menghasankan hadits ini)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri mengatakan bahwa safar adalah bagian dari ‘adzab (siksaan). Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

السَّفَرُ قِطْعَةٌ مِنَ الْعَذَابِ

“Safar adalah bagian dari ‘adzab (siksaan)”. (HR. Bukhari no. 1804 dan Muslim no. 1927)

Artinya safar itu benar-benar akan mendapati kesulitan. Coba bayangkan jika Anda melakukan safar dari luar negeri kembali ke kampung halaman. Apalagi jika safar tersebut mesti transit di beberapa kota. Yang sebelumnya mungkin ditempuh dalam waktu 9 jam, karena mesti transit di kota lain, akhirnya perjalanan tersebut memakan waktu hampir 24 jam. Apalagi keadaan di kendaraan atau pesawat yang kurang menyenangkan karena kita tidak bisa tidur sebagaimana layaknya. Badan tidak bisa direbahkan ke kasur yang empuk. Sungguh amat menyulitkan.

Karena kondisi sulit dalam safar, hati pun akhirnya pasrah. Saat hati begitu pasrah, itulah saat mudah diijabahinya do’a. Saat kepasrahan hati pada Rabb ‘azza wa jalla, itulah hakekat ‘ubudiyah (penghambaan), penghinaan, dan menundukkan diri pada-Nya. Akhirnya seorang hamba pun mengikhlaskan diri beribadah pada-Nya. Jika kondisi seseorang demikian, maka doa yang ia panjatkan akan makin mudah diijabahi. Semakin lama seseorang bersafar, semakin dekat pula do’a itu dikabulkan.

Wahai saudaraku ... Manfaatkanlah waktu ketika engkau bersafar untuk banyak memohon segala kemudahan dari Allah Ta’ala. Mintalah kemudahan dari-Nya atas urusan safarmu. Begitu pula mohonlah pada Allah agar dimudahkan dalam urusan dunia lainnya, begitu pula jangan lupakan yang utama doa agar diberi berbagai kemudahan dalam hisab di akhirat. Jangan lupa doakan atas kebaikan diri, dijauhkan dari kejelekan diri, begitu pula doakan kebaikan bagi istri, anak, orang tua, kerabat dan saudara muslim lainnya.

Dzikir saat safar yang bisa diamalkan agar safar jadi lebih berkah:

Jika sudah berada di atas kendaraan untuk melakukan perjalanan, hendaklah mengucapkan, “Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar.” Setelah itu membaca,

سُبْحَانَ الَّذِى سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِى سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى اللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ اللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِى السَّفَرِ وَالْخَلِيفَةُ فِى الأَهْلِ اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ وَسُوءِ الْمُنْقَلَبِ فِى الْمَالِ وَالأَهْلِ

“Subhanalladzi sakh-khoro lanaa hadza wa maa kunna  lahu muqrinin. Wa inna ila robbina lamun-qolibuun[1]. Allahumma innaa nas’aluka fii safarinaa hadza al birro wat taqwa wa minal ‘amali ma tardho. Allahumma hawwin ‘alainaa safaronaa hadza, wathwi ‘anna bu’dahu. Allahumma antash shoohibu fis safar, wal kholiifatu fil ahli. Allahumma inni a’udzubika min wa’tsaa-is safari wa ka-aabatil manzhori wa suu-il munqolabi fil maali wal ahli.” (Mahasuci Allah yang telah menundukkan untuk kami kendaraan ini, padahal kami sebelumnya tidak mempunyai kemampuan untuk melakukannya, dan sesungguhnya hanya kepada Rabb kami, kami akan kembali. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu kebaikan, taqwa dan amal yang Engkau ridhai dalam perjalanan kami ini. Ya Allah mudahkanlah perjalanan kami ini, dekatkanlah bagi kami jarak yang jauh. Ya Allah, Engkau adalah rekan dalam perjalanan dan pengganti di tengah keluarga. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesukaran perjalanan, tempat kembali yang menyedihkan, dan pemandangan yang buruk pada harta dan keluarga)[2]

Semoga Allah selalu memberi kemudahan dalam setiap safar kita. Semoga safar kita adalah safar yang penuh berkah.

Reference:

Syarh Ad Du’a minal Kitab was Sunnah (Syaikh Sa’id bin Wahf Al Qohthoni), Mahir bin ‘Abdul Humaid bin Muqoddam, soft file (.doc)

Hukum Puasa di Hari Tasryq

Thursday, October 17, 2013

Hari tasyriq (11, 12, 13 Dzulhijjah) adalah di antara hari yang dilarang berpuasa, baik itu puasa ayyamul bidh (13, 14, 15 Hijriyah), puasa Senin dan Kamis, maupun puasa Daud.
Larangan Puasa pada Hari Tasyriq
Di antara hari yang terlarang untuk puasa adalah hari tasyriq (11, 12 dan 13 Dzulhijjah). Dalam hadits disebutkan,
أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ
"Hari-hari tasyriq adalah hari makan dan minum." (HR. Muslim no. 1141).
Imam Nawawi berkata, "Ini adalah dalil tidak boleh sama sekali berpuasa pada hari tasyriq." (Syarh Shahih Muslim, 8: 18)

5 Amalan Di Hari Tasyriq

Ada beberapa amalan utama yang bisa diamalkan di hari tasyriq. Di antaranya, kita masih diperintahkan untuk memperbanyak dzikir semisal takbir.
Allah Ta’ala berfirman,
وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ تَعَجَّلَ فِي يَوْمَيْنِ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ وَمَنْ تَأَخَّرَ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ لِمَنِ اتَّقَى وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang terbilang.” (QS. Al Baqarah: 203).
Ibnu ‘Umar dan ulama lainnya mengatakan bahwa ayyamul ma’dudat adalah tiga hari tasyriq. Ini menunjukkan adanya perintah berdzikir di hari-hari tasyriq.
Dzikir yang diperintahkan oleh Allah di hari-hari tasyriq ada beberapa macam:
  1. Berdzikir kepada Allah dengan bertakbir muqoyyad yaitu setelah selesai menunaikan shalat wajib. Ini disyariatkan hingga akhir hari tasyriq sebagaimana pendapat mayoritas ulama. Hal ini juga diriwayatkan dari ‘Umar, ‘Ali dan Ibnu Abbas.

Akhir Waktu Penyembelihan Kurban

Kapan waktu akhir penyembelihan kurban? Apakah pada hari tasyrik (tasyriq) yang terakhir (13 Dzulhijjah)? Bagaimana dalil-dalil yang membicarakan hal ini? Sedangkan waktu awal penyembelihan kurban adalah setelah shalat Idul Adha sebagaimana telah diterangkan dalam artikel "Waktu Penyembelihan Kurban".
Para ulama berselisih pendapat mengenai akhir waktu penyembelihan kurban (kurban). Ada 4 pendapat dalam masalah ini:
Pertama: Waktu penyembelihan kurban hanya pada hari Idul Adha saja (10 Dzulhijjah) hingga matahari tenggelam. Pendapat ini jelas alasannya. Dan tidak ada khilaf jika waktu penyembelihannya pada 10 Dzulhijjah  setelah shalat ‘ied menurut pendapat jumhur (mayoritas) ulama. Sedangkan menurut pendapat lainnya, penyembelihan pada hari tersebut dilakukan setelah imam menyembelih kurban.

Remaja Feed

Nasehat feed

Sentu Hatimu Feed

AL QURAN Feed

JALAN KEBENARAN Feed

 

© Copyright BERSATU DALAM ISLAM 2012 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Modified by Blogger Tutorials.