Amjad Arrar
Pada
saat polemik ramai di Inggris dan negara-negara Eropa lainnya soal
boikot komoditas produksi Israel yang kemudian melahirkan sikap hormat
dari aktivis kampanye boikot produk Israel. Namun sayangnya, kecaman
justru muncul karena infiltrasi komoditas Israel di pasar-pasar
negara-negara Arab dan negara Islam. Di Mesir, warga menemukan produk
susu dan daging beku Israel di toko-toko di sejumlah kota Mesir. Padahal
kita yakin bangsa Mesir anti normalisasi dengan Israel dengan segala
bentuknya.
Beberapa hari lalu, aparat
intelijen Libanon menemukan sejumlah kaleng dan furniture yang
berlebelkan bahasa ibrani di dalam sebuah kontener dalam perjalanan
masuk pelabuhan Beirut. Ini bukan yang pertama, produk Israel ditemukan
di Libanon. Sebelumnya pernah diungkap barang impor masuk Libanon
bernilai ribuan dolar USD melalui negara ketiga setelah lebel penandanya
diubah. Dalam kasus lain pernah disita peralatan kecantikan dan rambut
berasal dari Israel. Dan setiap saat ada tuntutan untuk melakukan
akurasi dan investigasi bagaimana mendapatkan itu selalu menguap
investigasinya dan tidak muncul hasilnya.
Kita
sadar bahwa perasaan umum di dunia Arab dan Islam mayoritas anti Israel
yang tidak pernah berhenti melakukan permusuhannya terhadap bangsa Arab
sejak tahun 1948 bahkan setelah Israel kalah di tahun 2006. Dalam
mempersiapkan agresi barunya, Israel mengkader pada agennya dan memasang
alat penyadap untuk menembus jaringan komunikasi sampai melanggar
kedaulatan Libanon. Agaknya, memang ada sebagian orang yang tidak peduli
dengan apa yang dilakukan Israel baik di Libanon atau di Palestina atau
di dataran tinggi Golan serta tidak mau memutus hubungan lamanya.
Bahkan dilanjutkan dengan menyelundupkan barang Israel ke pasar
negara-negara Arab.
Sejak diteken
kesepakatan Oslo tahun 1993, kasus boikot Arab terhadap Israel mulai
mengalami setback dan sebagian pihak berhasil memarginalkan dan
melumpukan biro-biro boikot. Padahal hasil positif dari boikot itu
sangat efektif dalam segala bidang dan menyebabkan kerugian Israel
sekitar senilai 98 milyar dolar US selama 45 tahun. Belakangan juga
budaya boikot mengalami kemunduran dari Israel yang diistilahkan media
sebagai “musuh” berubah menjadi “partner dialog”.
Infiltrasi
ekonomi Israel ini tidak bisa dibiarkan oleh pihak-pihak terkait resmi
di negara-negara Arab dan Islam yang berkolaborasi dengan pembobolan
keamanan, politik, budaya, sosial, dan psikologi. Apalagi, Israel paham
bahwa selama perngalaman panjang bahwa pemaksaan status quo di lapangan
secara militer tidak bisa menjamin keberhasilan proyek rasis dan
ekspansinya. Israel juga berusaha melakukan infiltrasi budaya dengan
menciptakan perpecahan di kalangan masyarakat Arab. Mereka yang
menghembuskan perpecahan dan permusuhan antara kelompok ini pun
pelakunya sama dengan pelaku penyeludupan di bidang ekonomi. (bsyr)
El-Haleej Emirat
|
BOIKOT PRODUCT YAHUDI DAN PEDAGANG POLITIK!
Wednesday, December 5, 2012
Labels:
Nasehat
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment