Oleh :
Syaikh Abdulaziz bin Baz - rohimahulloh -
Pertanyaan:
Alloh ta’ala berfirman,
Pertanyaan:
Alloh ta’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ
وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
“Sesungguhnya
Alloh tidak mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa yang di bawahnya, bagi
siapa yang Dia kehendaki.”
Dia juga berfirman,
Dia juga berfirman,
وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِمَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ
صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدَى
“Dan sungguh
Aku benar-benar Maha pengampun terhadap orang yang bertaubat, beriman dan
beramal shalih, kemudian dia menerima petunjuk.”
Apakah ada kontradiksi antara kedua ayat ini? Lalu apa yang dimaksud dengan “dosa yang di bawahnya, bagi sapa yang Dia kehendaki?”
Dari A-A-Z, di Jedah
Apakah ada kontradiksi antara kedua ayat ini? Lalu apa yang dimaksud dengan “dosa yang di bawahnya, bagi sapa yang Dia kehendaki?”
Dari A-A-Z, di Jedah
Antara kedua ayat ini tidak ada kontradiksi. Ayat pertama adalah tentang orang yang meninggal di atas kesyirikan dan belum bertaubat. Maka dia tidak akan diampuni dan tempat kembalinya adalah neraka, sebagaimana Alloh - subhanahu - berfirman,
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ
عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
“Sesungguhnya
barangsiapa menyekutukan (sesuatu) kepada Alloh, maka Alloh mengharamkan surga
baginya, dan tempat kembalinya adalah neraka. Dan tidak ada seorang penolong
pun bagi orang-orang yang zholim.” [al-Maidah: 72]
Dia – ‘azza wa jalla – juga berfirman,
Dia – ‘azza wa jalla – juga berfirman,
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Dan seandainya mereka berbuat syirik, niscaya gugurlah dari mereka apa yang dahulu mereka amalkan.” [al-An'am: 88]
Dan banyak ayat-ayat yang semakna dengan ini.
Adapun ayat
kedua, yaitu firman-Nya,
وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِمَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ
صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدَى
“Dan sungguh
Aku benar-benar Maha pengampun terhadap orang yang bertaubat, beriman dan
beramal shalih, kemudian dia menerima petunjuk.”
Maka ayat ini tentang orang-orang yang bertaubat. Demikian pula firman-Nya – subhanahu,
Maka ayat ini tentang orang-orang yang bertaubat. Demikian pula firman-Nya – subhanahu,
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى
أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ
الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Katakanlah,
wahai hamba-hambaKu yang melampaui batas atas diri-diri mereka, janganlah kalian
berputus asa dari rahmat Alloh, sesungguhnya Alloh mengampuni semua dosa.
Sesungguhnya Dia Mahapengampun dan Mahapenyayang.” [az-Zumar: 53]
Para ulama telah sepakat, bahwa ayat ini tentang orang-orang yang bertaubat.
Adapun
firman Alloh – subhanahu -,
وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
“dan Dia
mengampuni dosa yang di bawahnya, bagi sapa yang Dia kehendaki?”
Maka ayat ini tentang orang yang meninggal dunia membawa dosa yang (tingkatannya) di bawah kesyrikan, yang berupa kemaksiatan-kemaksiatan, sedangkan dia belum bertaubat. Maka urusan orang ini kembali kepada Alloh; jika Dia berkehendak, Dia akan mengampuninya, dan jika Dia berkehendak lain, Dia akan menyiksanya. Namun jika Dia menyiksanya, dia tidak akan kekal di dalam neraka seperti kekalnya orang-orang kafir, sebagaimana pendapat Khowarij, Mu’tazilah dan siapa saja yang menempuh jalan mereka (yakni berpendapat kekalnya pelaku maksiat -pent). Bahkan, orang itu pasti akan keluar dari neraka setelah dilakukan penyucian dan pembersihan, sebagaimana ditunjukkan oleh hadits-hadits mutawatir dari Rasululloh – shollallohu ‘alaihi wa sallam – dan telah disepakati oleh salaful ummah.
Wallohu waliyyut taufiiq.
Maka ayat ini tentang orang yang meninggal dunia membawa dosa yang (tingkatannya) di bawah kesyrikan, yang berupa kemaksiatan-kemaksiatan, sedangkan dia belum bertaubat. Maka urusan orang ini kembali kepada Alloh; jika Dia berkehendak, Dia akan mengampuninya, dan jika Dia berkehendak lain, Dia akan menyiksanya. Namun jika Dia menyiksanya, dia tidak akan kekal di dalam neraka seperti kekalnya orang-orang kafir, sebagaimana pendapat Khowarij, Mu’tazilah dan siapa saja yang menempuh jalan mereka (yakni berpendapat kekalnya pelaku maksiat -pent). Bahkan, orang itu pasti akan keluar dari neraka setelah dilakukan penyucian dan pembersihan, sebagaimana ditunjukkan oleh hadits-hadits mutawatir dari Rasululloh – shollallohu ‘alaihi wa sallam – dan telah disepakati oleh salaful ummah.
Wallohu waliyyut taufiiq.
Diterbitkan
pada majalah ad-Da’wah no. 1290 tertanggal 25/10/1411 H — (juga disebutkan
dalam) Majmu’ Fatawa wa Maqolat Mutanawwi’ah, Vol. 6
0 comments:
Post a Comment